Teknik Membangun Personal Branding



Personal Branding itu diperlukan pertama kali ketika Anda ingin membangun kepercayaan Publik pada Anda, Ustadz-Ustadz saja masih memerlukan Personal Branding, sebut saja misalnya Ustadz Yusuf Mansyur yang dikenal dengan Ustadz Sedekah, Kemudian Ustadz Arifin Ilham yang dikenal dengan Ustadz Zikir, adapula Ustadz Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) yang dikenal dengan Ustadz Manajemen Qalbu dan masih banyak lagi yang lainnya. Keberhasilan mereka menggaet Publik untuk menjadi “Pengikut” adalah kemampuan mereka membangun Personal Branding. Soal tujuan menjadi rahasia hati masing-masing dan Allah Swt.
Dalam kesempatan kali ini Penulis mencoba berbagi kepada Anda bagaimana “Menjual Diri” dengan membangun Personal Branding Anda agar Anda memiliki “pasar” dengan apa yang Anda jual.
  1. Menetapkan Tujuan
Hal terpenting ketika Anda memulai sebuah kegiatan adalah memiliki sebuah tujuan. Hasil akhir dari pekerjaan Anda sebagai apa saja juga dipengaruhi oleh sebuah tujuan yang sudah anda miliki dari awal Anda bekerja. Strategi awal yang tepat untuk mulai menetapkan sebuah tujuan Anda membangun Personal Branding  adalah:
  1. Meningkatkan kemampuan Anda, baik secara mental, spiritual dan fisik.
  2. Meningkatkan kualitas hubungan Anda dengan orang lain.
  3. Meningkatkan kemampuan eksplorasi ide-ide unik Anda,
Jika Anda sudah mengerjakan beberapa bagian dari hal di atas, maka Anda bisa mulai menyusun mengenai tujuan apa yang ingin Anda raih dengan menjadi seorang yang Anda inginkan. Anda ingin menjadi “Penulis”, Anda ingin menjadi “Konselor”, Anda ingin menjadi “Trainer” atau apa saja, Anda harus menetapkan pertama kali tujuan Anda untuk menjadi itu buat apa.
  1. Mengenali Potensi Diri 
Mulailah dengan memetakan kekuatan dan kelemahan diri Anda sendiri, mencari tahu apa saja kelebihan yang Anda miliki, dan kelemahan apa saja yang menghambat aktivitas Anda selama ini. Apa saja yang membuat Anda selalu bersemangat dan termotivasi, apa saja yang membuat Anda kehilangan gairah, putus asa dan menyerah. Apa yang menantang Anda dan apa yang membosankan Anda, Apa yang Anda sukai dan apa yang tidak Anda sukai, masih banyak lagi pertanyaan lain yang berguna untuk menggali dan menggali potensi Anda. Dengan demikian Anda akan bisa mengatur kapan kekanan dan kapan ke kiri, kapan ngebut dan kapan harus pelan-pelan saja.
  1. Meriset “Pasar” Anda. 
Dalam aktivitas apapun, Anda harus mampu melakukan riset atau setidaknya penelitan sederhana tentang peluang yang ada di sekitar Anda, Anda harus melihat bahwa segala sesuatu potensi di sekitar Anda sangat bisa berguna untuk menunjang tujuan Anda.
  1. Menetapkan Anda di posisi yang mana 
Dalam kenyataan hidup soal Pro dan Kontra itu biasa, kemampuan Anda untuk menetapkan diri Anda di posisi yang pro atau kontra sangat menentukan target Anda tercapai, Anda ingin menjadi orang Protagonis atau Antagonis? Dengan menetapkan diri Anda ada di posisi yang mana sangat memudahkan langkah Anda untuk maju tanpa hambatan apapun, dan apapun yang terjadi Anda sangat siap menghadapinya.
  1. Menetapkan Strategi 
Kesalahan awal setiap orang memulai sesuatu adalah ketika dirinya tidak memiliki “Sesuatu” yang ingin dijual, ketika Anda ingin ada yang membeli sesuatu dari diri Anda maka Anda harus menyiapkan terlebih dahulu apa yang bisa Anda jual, soal “Jualan” Anda tentunya sesuai dengan tujuan Akhir Anda ketika membangun Personal Branding Anda.
Penulis mencontohkan misalnya Ustadz Yusuf Mansyur, ketika keunikan dirinya terbangun dengan Ustadz Sedekah, maka ceramah apapun yang disampaikanya akan selalu berakhir dengan pesan sedekah bahkan sedekah menjadi solusi masalah apapun yang dihadapi, “Pasarnya” Ustadz Yusuf Mansyur adalah penyuka sedekah dan mereka yang meyakini sedekah sebagai solusi dari masalah hidupnya.
  1. Pencitraan Positif 
Ketika kita mendengar kata pencitraan maka kita akan ingat Jokowi, Sebenarnya sebelum jadi Presiden pun Jokowi sudah membangun Personal Brandingnya sebagai “Pemimpin Sederhana” walaupun faktanya tidak seperti yang Anda bayangkan. Itulah Personal Branding. Ketika sudah berhasil, praktek personal Branding sebagaimana yang dilakukan Jokowi misalnya dengan Istilah “Pemimpin Sederhana” maka di benak masyarakat bahwa Pemimpin Sederhana itu hanya Jokowi dan menjadi satu-satunya, walaupun pada akhirnya itu hanya sebagai bentuk Pencitraan. Pencitraan adalah bagian dari usaha membangun personal branding yang nantinya bisa dijual ke pasar.
  1. Membuat sebuah slogan atau Motto
Jika penulis menyebut “Lanjutkan” maka Anda akan ingat dengan SBY bukan? Ketika Anda mendengar istilah “Ustadz Sedekah” maka Anda akan langsung ingat Ustadz Yusuf Mansyur bukan? Itulah buah dari Personal Branding. Salah satu usaha yang dilakukan untuk membangun Personal Branding adalah Motto atau Slogan, karena itu diperlukan untuk orang lain mengingat Anda. Jika saya sebut “Raja Dangdut” maka Anda akan ingat Rhoma Irama walaupun sempat digantikan Meggy Z tetapi tetap saja Raja Dangdut menjadi stempel untuk Rhoma Irama.
  1. Mengiklankan Diri Anda 
Tidak cukup dengan Slogan, Motto atau Tagline tetapi apapun aktivitas Anda harus sesuai dengan Slogan yang Anda buat, caranya Anda harus beriklan dan cara beriklan sudah dipastikan banyak cara. Seseorang yang banyak uang akan menggunakan TV, Radio dan Baliho, tetapi yang gratisan akan menggunakan Medsos sebagai media iklannya.
  1. Evaluasi Diri 
Jangan berpuas diri dengan Fanspage Anda yang banyak atau Follower Twitter yang membludak, tetapi Anda harus terus mengevaluasi diri apakah Slogan, Motto, Tagline dan Personal Branding yang Anda bangun sudah sesuai dengan kondisi Anda saat ini. Karena inti dari semua itu adalah kepercayaan publik. Anda merebut simpati berupa kepercayaan, bahwa “jualan” Anda apapun itu akan laku karena Anda benar bisa dipercaya.
Bagaimana pembaca, semoga Anda sudah siap menyongsong Era Ekonomi Bebas baik tingkat ASEAN ataupun dunia, karena kemampuan Anda untuk memiliki pasar adalah salah satu kesuksesan Anda di masa mendatang. Semoga bermanfaat dan selamat menjemput kemenangan.
Sumber : Dakwatuna
Previous
Next Post »
Thanks for your comment